SAJAK TANGAN
Oleh W.S. Rendra
Inilah tangan
seorang mahasiswa,
tingkat sarjana
muda.
Tanganku. Astaga.
Tanganku menggapai,
yang terpegang
anderox hostes berumbai,
Aku bego. Tanganku
lunglai.
Tanganku mengetuk
pintu,
tak ada jawaban.
pintu terbuka.
Di balik pintu ada
lagi pintu.
Dan selalu :
ada tulisan jam
bicara
yang singkat
batasnya.
Aku masukkan
tangan-tanganku ke celana
dan aku keluar
mengembara.
Aku ditelan
Indonesia Raya.
Tangan di dalam
kehidupan
muncul di depanku.
Tanganku aku
sodorkan.
Nampak asing di
antara tangan beribu.
Aku bimbang akan
masa depanku.
Tangan petani yang
berlumpur,
tangan nelayan yang
bergaram,
aku jabat dalam
tanganku.
Tangan mereka penuh
pergulatan
Tangan-tangan yang
menghasilkan.
Tanganku yang
gamang
tidak memecahkan
persoalan.
Tangan cukong,
tangan pejabat,
gemuk, luwes, dan
sangat kuat.
Tanganku yang gamang
dicurigai,
disikat.
Tanganku mengepal.
Ketika terbuka
menjadi cakar.
Aku meraih ke arah
delapan penjuru.
Di setiap meja
kantor
bercokol tentara
atau orang tua.
Di desa-desa
para petani hanya
buruh tuan tanah.
Di pantai-pantai
para nelayan tidak
punya kapal.
Perdagangan
berjalan tanpa swadaya.
Politik hanya
mengabdi pada cuaca…..
Tanganku mengepal.
Tetapi tembok batu
didepanku.
Hidupku tanpa masa
depan.
Kini aku kantongi
tanganku.
Aku berjalan
mengembara.
Aku akan menulis
kata-kata kotor
di meja rektor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar